Setelah 20 tahun lamanya berkarir di sinema Indonesia, Joko Anwar telah siap merilis film ke-10 nya pada momen Lebaran. Setelah sukses dengan dua seri Pengabdi Setan, ia kembali memilih genre horor di film kesepuluh, Siksa Kubur.
Bosan dengan horor dengan teror dari setan lagi, ia pun mengusung tema horror religi. Walaupun masih berkutat di genre horror, Siksa Kubur menjadi film yang mengusung tema horror bukan kepada hantu melainkan ketakutan di hati setiap manusia.
Menilik dari judul filmnya, Siksa Kubur sendiri terinspirasi dari kisah penyiksaan di kubur dalam ajaran agama Islam. Menurut Joko Anwar, cerita ini telah menginspirasinya sejak lama, dan sempat ia garap menjadi film pendek di tahun 2012.
“Kepikiran menceritakan siksa kubur itu udah dari lama. Dulu pas ngaji, Ustad cerita tentang siksa kubur. Masih kecil diceritain siksa kubur itu kayak primal fear. Karena Ustad sama Guru Agama waktu kecil selalu bilang kalo kamu takut siksa neraka itu kita gak tau masih kapan. Tapi kalau kamu muslim percaya siksa kubur, itu bisa terjadi kapan saja.” Sebut Joko Anwar saat ditemui di kantor Come and See Pictures, Jakarta.
Dari situlah Joko Anwar merasa bahwa ia perlu mengadaptasi cerita siksa kubur menjadi film. Namun, Joko merasa belum siap. Ia merasa sebelum mengadaptasi film tersebut, perlu kedewasaan dan pengalaman yang besar agar filmnya terasa objektif dan tidak terasa eksploitatif.
“Jadi kenapa sekarang, karena kepingin sebagai film maker dan sebagai manusia lebih dewasa. Supaya siksa kubur ketika kita bikin tidak jadi film yang eksploitatif. Lebih buruk lagi jangan sampai jadi film yang fantasi,” ucapnya.
Joko Anwar juga merasa kesulitan dalam memvisualisasikan film ini untuk membangun rasa kepercayaan. Pasalnya, beberapa narasumber yang menjadi bahan riset Joko Anwar belum pernah melihat secara langsung siksa kubur.
“Kesulitannya mungkin memvisualisasikannya karena kita tidak pernah secara langsung merasakan siksa kubur. Itu adalah challenge yang terbesar yang kita hadapi ketika kita memutuskan untuk atau tidak menunjukkan siksa kubur. Kalau dari visual tentunya kita mengikuti penggambaran yang sudah ada baik itu dalam hadis dan ajaran dari orang-orang yang sudah memahami tentang ajaran agama.” Jelas Joko Anwar.
“Tapi yang paling challenging adalah sebenarnya bagaimana kita bisa membuat film tentang siksa kubur yang (bernilai) lebih. Karena ketika kita berbicara tentang siksa kubur, itu bukan berbicara tentang penyiksaannya.” Tambah Joko Anwar.
Joko Anwar juga menjelaskan pembeda kontras Siksa Kubur dari film-film sebelumnya. Selain tema horror religi yang berbeda dari genre horror murni di film sebelumnya, Joko Anwar juga memberikan treatment yang berbeda saat produksi filmnya.
“Mungkin di film-film sebelumnya masih terlalu stylish, terlalu stylish tuh kayak genit gitu loh atau bisa dibilang showy gitu, kaya gue bisa bikin ini loh! Di siksa kubur kita meninggalkan itu, jadi semuanya organik natural.”
Di film Siksa Kubur ini Joko Anwar mencoba membumi dan lebih realis. Dengan treatment produksi yang lebih realis, dan isu cerita yang dekat dengan kehidupan, membuat film Siksa Kubur menjadi pembeda dari film sebelumnya dan layak ditunggu.